Hmm senangnya setelah 2 jam ditusuk-tusuk ama jarum, akhirnya tergambar Yudistira di sisi kiri lenganku. Alasan mengapa memilih Yudistira sebagai gambar tattoo dilenganku:
http://id.wikipedia.org/wiki/Yudistira
Yudistira (
Sanskerta: युधिष्ठिर;
Yudhiṣṭhira) alias
Dharmawangsa, adalah salah satu tokoh protagonis dalam
wiracarita Mahabharata. Ia merupakan seorang raja yang memerintah
kerajaan Kuru, dengan pusat pemerintahan di
Hastinapura. Ia merupakan yang tertua di antara lima
Pandawa, atau para putera
Pandu.
Dalam tradisi
pewayangan, Yudistira diberi gelar "
Prabu" dan memiliki julukan
Puntadewa, sedangkan kerajaannya disebut dengan nama
Kerajaan Amarta.
Arti nama
Nama
Yudistira dalam
bahasa Sanskerta bermakna "teguh atau kokoh dalam peperangan". Ia juga dikenal dengan sebutan
Dharmaraja, yang bermakna "raja
Dharma", karena ia selalu berusaha menegakkan
dharma sepanjang hidupnya.
Beberapa julukan lain yang dimiliki Yudhisthira adalah:
Beberapa di antara nama-nama di atas juga dipakai oleh tokoh-tokoh Dinasti Kuru lainnya, misalnya
Arjuna,
Bisma, dan
Duryodana. Selain nama-nama di atas, dalam versi pewayangan Jawa masih terdapat beberapa nama atau julukan yang lain lagi untuk Yudistira, misalnya:
- Puntadewa, "derajat keluhurannya setara para dewa".
- Yudistira, "pandai memerangi nafsu pribadi".
- Gunatalikrama, "pandai bertutur bahasa".
- Samiaji, "menghormati orang lain bagai diri sendiri".
Sifat dan kesaktian
Sifat-sifat Yudistira tercermin dalam nama-nama julukannya, sebagaimana telah disebutkan di atas. Sifatnya yang paling menonjol adalah adil, sabar, jujur, taat terhadap ajaran
agama, penuh percaya diri, dan berani berspekulasi. Kesaktian Yudistira dalam
Mahabharata terutama dalam hal memainkan
senjata tombak. Sementara itu, versi
pewayangan Jawa lebih menekankan pada kesaktian batin, misalnya ia pernah dikisahkan menjinakkan hewan-hewan buas di hutan Wanamarta dengan hanya meraba kepala mereka.
Yudistira dalam pewayangan beberapa pusaka, antara lain
Jamus Kalimasada, Tunggulnaga, dan Robyong Mustikawarih. Kalimasada berupa
kitab, sedangkan Tunggulnaga berupa
payung. Keduanya menjadi pusaka utama
kerajaan Amarta. Sementara itu, Robyong Mustikawarih berwujud
kalung yang terdapat di dalam kulit Yudistira. Pusaka ini adalah pemberian Gandamana, yaitu
patih kerajaan Hastina pada zaman pemerintahan
Pandu. Apabila kesabaran Yudistira sampai pada batasnya, ia pun meraba kalung tersebut dan seketika itu pula ia pun berubah menjadi
raksasa besar berkulit
putih bersih.
Kelahiran
Yudistira adalah putera tertua pasangan
Pandu dan
Kunti. Kitab
Mahabharata bagian pertama atau
Adiparwa mengisahkan tentang kutukan yang dialami Pandu setelah membunuh
brahmana bernama Resi Kindama tanpa sengaja. Brahmana itu terkena panah Pandu ketika ia dan istrinya sedang
bersanggama dalam wujud sepasang
rusa. Menjelang ajalnya tiba, Resi Kindama sempat mengutuk Pandu bahwa kelak ia akan mati ketika mengawini istrinya. Dengan penuh penyesalan, Pandu meninggalkan tahta
Hastinapura dan memulai hidup sebagai pertapa di hutan demi untuk mengurangi hawa nafsu. Kedua istrinya, yaitu
Kunti dan
Madri dengan setia mengikutinya.
Pada suatu hari, Pandu mengutarakan niatnya ingin memiliki anak. Kunti yang menguasai
mantra Adityahredaya segera mewujudkan keinginan suaminya itu. Mantra tersebut adalah ilmu pemanggil
dewa untuk mendapatkan putera. Dengan menggunakan mantra itu, Kunti berhasil mendatangkan
Dewa Dharma dan mendapatkan anugerah putera darinya tanpa melalui
persetubuhan. Putera pertama itu diberi nama Yudistira. Dengan demikian, Yudistira menjadi putera sulung
Pandu, sebagai hasil pemberian
Dharma, yaitu dewa keadilan dan kebijaksanaan. Sifat Dharma itulah yang kemudian diwarisi oleh Yudistira sepanjang hidupnya.