Jadi ingat beberapa bulan yang lalu, berkenalan dengan salah satu penulis, penulis yang selama tiga bulan mengunjungi kawasan NTT. Tertarik dengan penulis ini, ketika secara tidak sengaja membaca blognya, ada satu tulisannya yang benar-benar menyentuh hati, yah tentang sisi lain travelling yang mampu ditulisnya dengan gaya bahasa, pemilihan kata, dan yang terpenting adalah isi ceritanya. Krn tulisannya itulah, join deh di facebook tuh orang. Saling mengirim contact hp dan sms-an. Berharap suatu saat nanti bis aketemuan utk berdiskusi mengenai perjalanannya selama di NTT.
Akhirnya ketemuan dgn dia, di salah satu mall di Bali. Kesan pertama, lumayan ramah neh orang, pertemuan kedua.... aq rasa neh orang tidak sehebat yang aq bayangin... dari segi tulisan dia bagus, tapi pada kenyataan pembawaan dirinya, dia terlalu sombong, beda banget dengan tulisan2nya yang begitu humanis.
Dan aq sempat bertemu dgn penulis-penulis yang lain, ada yang tulisannya sederhana tapi orang nya benar2 matang dan baik, rendah hati, namun kok banyak yang SOK yah.
Jadi berpikir, sebenarnya alasan mereka travelling, membuat tulisna itu apa yah? sekedar menyombongkan berapa banyak daerah wisata yang mereka kunjungi? sharing pengalaman? sharing info? atau apa?
Dalam benakku, semakin sering orang itu melakukan perjalanan, berkelana ke berbagai daerah, tentu semakin matang pribadinya, semakin luas wawasannya, semakin banyak pengalaman hidupnya, yang membuat orang tersebut lebih dewasa, lebih membumi.
Itu sih minta dielus, tapi malah digampar
6 years ago
1 comments:
idealnya setiap orang harusnya memakai ilmu padi, yang filosofinya 'makin berisi, makin merunduk'. tapi pada kenyataannya masih banyak yang memakai ilmu ilmu mercusuar, yang 'menerangi orang lain, sementara dirinya sendiri kegelapan'
Post a Comment