Ketika media massa, sibuk meliput sepak terjang aksi sweeping yang dilakukan oleh FPI selama bulan Ramadhan, jadi geleng-geleng neh kepala (bukan karena pengaruh pil koplo atau apalah namanya), yah cuman heran ajah, kok yah penutupan tempat-tempat yang dianggap maksiat semisal Salon Esek-Esek, Panti Pijat Plus-plus, Kawasan Pelacuran, Warung Remang-remang (bukan karena nggak mampu bayar listrik) cuman dilakukan selama bulan ramadhan. Suatu hal yang lucu bukan. Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, cuman satu bulan doank yang harus SUCI, sungguh Bangsa yang MUNAFIK.
Belum lagi ada Peraturan Daerah yang mengatur agar selama Bulan ramadhan, tempat-tempat hiburan harus tutup alias tidak beroperasi. Yang jadi pertanyaan, tuh karyawan-karyawannya mau digaji pakai apa? pakai kitab suci? atau memang Pemda atau FPI mau menanggung biaya gaji selama 1 bulan PLUS THR? Nah harusnya kan dipikirkan sebelum mebuat kebijakan apalagi melakukan tindakan ANARKIS. Inilah salah satu bukti REPUBLIK KACAU BALAU.
Nggak heran kalo aksi separatisme di beberapa daerah di Indonesia muncul, mau RMS, mau GAM, mau Papua Merdeka lah... belum lagi wacana mendirikan NEGARA ISLAM INDONESIA (yang sempat ditayangkan di salah satu tv swasta di Indonesia-jadi heran kok yah tema seperti ini dijadikan topik perbincangan, makin senang saja tuh TERORISME). Sudah lupa kali bangsa ini terhadap ke-BHINEKATUNGGALIKA-an-nya.
Terus kalo di Bali gmana? di Bali mah mau bulan ramadhan kek, mau datang bulan (eh keliru), nggak ngaruh, semua berjalan dengan harmonis, malah kalo Bulan Purnama masyarakat bali sibuk ke Pura, Sembahyang, Hebat kan. Kalo bicara soal toleransi, datanglah ke Bali, pada saat hari raya Nyepi, semua orang menghargai, Bali benar-benar Gelap, Sunyi, Sepi. Nggak peduli agama apa, harus patuh mengikuti aturan main. Toh tujuannya baik, nggak pakai pemaksaan apalagi aksi ANARKIS kan.
Nggak heran, Bali selalu mampu menjadi daya tarik orang dikunjungi, selain karena keindahan alam tentunya. Bule-bule dari manca negara datang berkunjung, belum lagi wisman domestik, dan banyak juga yang akhirnya kerja dan menetap di Bali, mulai dari pekerja profesional, gigolo, PSK, drug dealer, seniman, hotelier, dsb.
Di Bali, mau pake sandal jepit, mau telanjang dada, mau topless, sah sah saja, benar-benar MERDEKA.....toh tingkat kriminalitas tidaklah setinggi daerah2 lain di Indonesia. Parkir saja sepeda motor sembarangan, hasilnya tidak bakal hilang (yah mungkin satu dua hilang) tapi coba kalau di Jawa (parkir di depan pagar 1 menit saja wus wus wus bablas hehehehe.
Itu sih minta dielus, tapi malah digampar
6 years ago
0 comments:
Post a Comment